Saturday, September 21, 2013

Skyline Sebagai Refleksi akan Identitas Sebuah Kota



Salah satu topik yang sangat saya sukai adalah mengenai perkotaan, namun lebih kepada karakteristik sebuah kota. Nah, jika berbicara mengenai karakteristik kota, maka istilah skyline agak aneh ketika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yakni menjadi garis langit. Bagi orang awam, terjemahan tersebut bisa jadi dimaknai sebagai sesuatu yang ganjil karena umumnya garis langit itu justru terdengar seperti sebuah fenomena ganjil seperti halnya kemunculan pola awan yang membentuk sepasang mata sebelum musibah gempa Padang pada medio 2009 lalu. Istilah skyline yang dibahas dalam artikel ini bukan seperti terjemahan tersebut.


Saya menemukan definisi skyline dalam kamus Bahasa Inggris terbitan Miriam Webster sebagai sebuah kata benda yang memiliki arti sekumpulan bangunan, gunung, dan hal sebagainya yang membelakangi langit. Sedangkan menurut International Union Architect, sebuah perkumpulan arsitek dunia, mengatakan bahwa skyline adalah keseluruhan atau sebagian titik pandang kota yang terdiri dari gedung-gedung dan berbagai ornamen kota yang membelakangi langit. Dengan kata lain, skyline dapat menjadi sebuah artifisial garis langit yang dibentuk dari keseluruhan ornamen sebuah kota. 
Skyline memiliki fungsi layaknya sidik jari bagi sebuah kota, sehingga tidak pernah ada dua atau lebih kota yang memiliki ciri yang sama dalam hal titik pandangnya. Alasan inilah yang membuat banyak acara televisi, program berita dan olahraga, video musik, dan film sering menggunakan skyline untuk memberikan gambaran mengenai latar belakang lokasi. 


Salah satu skyline yang cukup populer di dunia adalah skyline kota New York, Amerika Serikat. Pertama kali dikenalkan sebagai sebuah ciri khas kota berjuluk Big Apple City tersebut oleh ilustrator bernama Charles Graham di tahun 1896 sebagai suplemen warna dalam terbitan koran New York Journal. Berhubung kala itu New York merupakan kota terbesar dan tersibuk di dunia, bahkan hingga saat ini, maka tidak sulit bagi skyline kota ini dikenal luas dan menjadi identitas yang mudah dikenali di seantero dunia.
Suatu kali ketika sedang googling, saya menemukan fakta menarik di situs www.theatlanticcities.com bahwa skyline ternyata dibagi menjadi 10 tipe yang masing-masing mencirikan karakter umum dari berbagai kota sejenis di seluruh dunia. Berikut adalah sepuluh tipe skyline tersebut.

1. Urban Living

Vancouver, Kanada

Kota ini memiliki tingkat kepadatan aktivitas yang tinggi selama 24 jam dan tujuh hari seminggu, dan umumnya para penduduk kota jarang meninggalkan pusat kota karena hampir segala kebutuhan jasmani dan rohani tersedia dengan lengkap di sana. Salah satu contoh kota yang masuk dalam kategori ini adalah kota Vancouver, Kanada. Berlokasi di sebuah teluk di tepi Samudera Pasifik, Vancouver merupakan pelabuhan alami yang cantik. Di sana, penduduknya dengan mudah mengakses tempat kerja, tempat belanja, hunian, dan fasilitas kota lainnya melalui jaringan jalan yang tertata rapi, transportasi publik yang nyaman dan terintegrasi, serta opsi tempat rekreasi yang beragam. Untuk hal yang terakhir, warga Vancouver memiliki banyak pilihan destinasi rekereasi seperti taman kota, taman nasional, taman tematik, museum, pusat perbelanjaan, pasar barang bekas, pantai, bahkan objek wisata air terjun yang berada di batas timur kota.

2. The Power Broker

New York, AS

Jenis kota ini selalu identik dengan gedung-gedung tinggi yang tegap dan berukuran raksasa, dan selalu merepresentasikan segala hal yang orang bayangkan ketika membahas mengenai skyline. Kota New York, Tokyo, dan Chicago adalah tiga kota yang menjadi contoh utama dalam tipe ini. Ketiga kota tersebut memiliki perpaduan yang baik antara hunian, area komersial, dan struktur bangunan yang  beragam, di mana hal ini selalu berhasil mendefinisikan sebuah lanskap urban yang sesungguhnya.

3. On The Edge

Hong Kong

Jenis kota ini umunya dibangun di area sempit tepi laut, dan dua contoh utamanya adalah kota Hong Kong dan Monte Carlo, Monako. Namun, saya akan lebih menitik beratkan pada karakteristik kota Hong Kong. Pusat kota ini dibangun di area sempit seputaran Pelabuhan Victoria dan memiliki lebih lebih banyak gedung dengan ketinggian di atas 500 kaki (sekitar 160 meter) dibandingkan kota-kota lain di dunia. Bahkan kota ini memiliki enam gedung dengan ketinggian lebih dari 1000 meter (sekitar 300 meter), salah satunya adalah International Commerce Center dengan ketinggian 484 meter yang merupakan salah satu gedung tertinggi di kawasan Asia Timur. 

4. Zoned Out

Paris, Prancis

Satu-satunya contoh kota untuk tipe ini adalah Paris, dimana patokan kota sepenuhnya dipegang oleh Menara Eiffel. Pada pertengahan abad 19, seorang baron (sebutan bagi bangsawan Prancis) bernama George Eugene Hausmann mengajukan rencana tata ruang kota Paris sebagai sebuah kota yang bercita rasa tinggi, dan terbukti tetap digunakan hingga saat ini. Hausmann juga merupakan sosok yang mendorong Gustav Eiffel untuk merancang Menara Eiffel sebagai penanda kota Paris. Dalam rujukan rencana tersebut, Hausmann menitik beratkan pada pengerjaan ulang jalan-jalan kota sesuai dengan konsep ideal kota modern, dengan salah satu aturannya adalah membatasi tinggi bangunan tidak lebih dari 20 meter dengan tujuan membuat Menara Eiffel sebagai penanda kota dapat terlihat dari seluruh penjuru kota Paris. Walaupun begitu, Paris juga tetap memiliki gedung-gedung pencakar langit yang terkonsentrasi di sebuah kawasan bernama La Defense di area pinggiran kota. Konsep La Defense sendiri memiliki serupa dengan kawasan bisnis di kota-kota tua di Eropa Barat seperti Canary Wharf di London, Inggris, dan EUR di kota Roma, Italia.

5. Post Communist

Shanghai, China

Definisi sederhana dari tipe kota ini adalah kota-kota modern yang bermunculan pasca runtuhnya Uni Soviet di akhir dekade 80-an, di mana semenjak itu, kota-kota penting di negara-negara komunis yang besar seperti China dan Rusia, mengalami perkembangan ekonomi yang pesat dan mendorong peningkatan fasilitas kota dan berbagai elemennya. Beberapa contoh tipe ini adalah kota Beijing, China, dan Moskow, Rusia, dimana dalam kurun waktu kurang dari dua dekade belakangan, kota-kota ini telah berubah menjadi sebuah kosmopolitan baru yang diperhitungkan di kancah dunia. Namun hal ini sedikit mendapat pengecualian bagi Shanghai yang lebih dulu maju berbarengan dengan Hong Kong sejak akhir dekade 70-an menjadi jajaran kota moderen utama dunia.

6. Oligopolis

Boston, AS

Definisi oligopolis adalah berbagai prinsipal yang bergelut dalam sebuah lingkup tertentu, dan contoh sederhananya adalah industri mobil, di mana sudah jelas jualan utamanya adalah mobil namun diproduksi oleh berbagai merek berbeda. Begitupun jenis kota oligopolis yang merupakan sekumpulan kota dengan karakteristik yang tidak berbeda jauh, dan umumnya ditemukan di kota-kota besar di Amerika Serikat (AS) dan Kanada. Salah satu contohnya adalah kota Boston, AS, yang ketika menjelang malam, pusat kotanya mulai sepi dan berubah layaknya kota hantu karena mayoritas orang-orang yang beraktivitas di dalamnya tinggal di daerah sub-urban, dan hanya mendatangi pusat kota untuk beraktivitas di siang hari.

7. Shock Cities

Dubai, Uni Arab Emirates

Jenis kota ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang pesat dan laju pembanguna ekonominya yang kencang, sehingga membuatnya membutuhkan ruang yang lebih banyak dalam kondisi luas kota yang tidak seberapa besar, alhasil muncul beragam pencakar langit dalam waktu singkat. Istilah shock cities pertama kali dicetuskan oleh ahli perkotaan asal Inggris bernama Asa Briggs, yang menunjuk Manchester dan Chicago sebagai sebuah kota kosmopolitan baru di pertengahan abad 19 karena dukungan pertumbuhan industri yang pesat di kedua kota tersebut. Untuk saat ini, jenis kota ini lebih tepat ditujukan kepada kota-kota besar di semenanjung Arab seperti Dubai, Abu Dhabi, dan Doha. Bahkan gedung tertinggi di dunia saat ini, Burj Khalifa, beserta deretan gedung dengan desain paling futuristik berkumpul di Dubai yang dalam satu dekade belakangan selalu disebut sebagai kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

8. Sky-High Aspirations

Taipei, Taiwan

Ini adalah jenis kota yang memiliki ciri khas satu bangunan berukuran raksasa yang mendominasi lanskap kota dan menjadikannya sebagai landmark. Dua contoh utama mengenai jenis kota ini adalah Taipei dengan gedung Taipei 101 yang menjadi penanda khas ibukota Taiwan tersebut, dan contoh lainnya adalah Kuala Lumpur, Malaysia, yang menjadikan Menara Kembar Petronas sebagai ciri khas.

9. Surf Cities

Gold Coast, Australia

Tipe kesembilan ini adalah tipe yang merujuk pada kota-kota yang terletak di tepi garis pantai yang panjang dan umumnya berada di pesisir samudera.  Jenis kota ini juga lazim menjadi kota wisata karena dukungan pantai dan ombaknya yang bagus. Itulah mengapa jenis kota ini didominasi oleh deretan hotel-hotel tinggi dan komplek hunian yang mayoritas terletak menghadap laut. Beberapa contohnya adalah kota Honolulu di kepulauan Hawaii dan Gold Coast Australia yang sejak lama menjadi destinasi wisata favorit banyak turis dunia.

10. Lights Out

Kairo, Mesir

Kota yang termasuk dalam jenis ini umumnya berada di kawasan yang bersuhu cukup panas dan memiliki kandungan air tanah tidak begitu banyak, sehingga cukup beresiko dalam menyediakan jaringan pipa air bagi deretan gedung pencakar langit. Pada kota-kota seperti ini, tidak banyak gedung pencakar langit dibangun kecuali hanya untuk hotel dan huniah premium saja. Biasanya kota-kota jenis ini berada di area datar yang luas sehingga berbagai bangunan kota menyebar memenuhi seluruh area tersebut. Contoh dari jenis kota ini adalah Kairo, Mumbai, dan Mexico City.

Lalu bagaimana dengan Jakarta?


Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di kawasan Asia saat ini dapat digolongkan menjadi bagian dari tipe shock cities karena semakin banyak gedung-gedung pencakar langit hadir di seantero kota. Bahkan, dalam waktu dekat, Jakarta akan memiliki dua gedung super tinggi yaitu Pertamina Tower dan Signature Tower. Untuk saat ini, Pertamina Tower sudah mulai masuk masa pembangunan dan nantinya akan memiliki ketinggian hingga 530 meter dan terdiri dari 99 lantai. Gedung ini berlokasi di kawasan Mega Kuningan, tepat berada di samping The Ritz-Carlton Hotel

Pertamina Tower

Sedangkan, Signature Tower sendiri nantinya akan menempati lahan di kawasan Sudirman Central Business District, tepatnya di belakang One Pacific Place dengan tinggi 638 meter dan jumlah  tingkat sebanyak lebih dari 100 lantai. Gedung ini disebut-sebut akan menjadi gedung tertinggi di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, di mana sebagian besar ruangnya akan digunakan sebagai kantor pusat seluruh BUMN negeri ini.

Signature Tower

Namun, jika menilik lebih jauh, skyline Jakarta umumnya memang berpusat di kawasan Segitiga Emas yang terdiri dari Jalan MH Thamrin, Jalan Sudirman, Jalan Gatot Subroto, Jalan HR Rasuna Said, dan Jalan Prof. Dr. Satrio. Namun beberapa area lain di seputaran Jakarta juga dapat disebut sebagai bagian dari skyline ibukota, walaupun hanya berbentuk superblok. Beberapa contoh besarnya adalah kawasan CBD Puri di Utara Jakarta dan deretan gedung di sepanjang pinggiran Jalan Tol TB Simatupang yang membentang dari area Tanjung Barat hingga Lebak Bulus, Jakarta Selatan. 

Talavera Building (kanan), salah satu gedung pencakar langit di sepanjang Tol TB Simatupang





5 comments:

  1. Well. Tadinya alasan Sukarno membangun monas nggak jauh beda sama apa yang dibikin Gustav Eiffel. Di rencana awal, seharusnya bangunan di seputaran Medan Merdeka itu rendah-rendah, nggak ada pencakar langitnya supaya monas bisa dinikmati.
    Jadi, waktu melintas sudirman-thamrin-bunderan HI-monas, semakin lama bangunannya kelihatan semakin merendah.
    Itu kenapa Hotel Indonesia, Wisma Nusantara, dan Sarinah dibangun tingginya 'segitu' aja.

    ReplyDelete
  2. Nice Hap. :)
    Hehe topik yang gue suka bgt. btw Talavera sebenernya bukan bangunan pencakar langit, karena tingginya yang "hanya" 115m. Talavera dikategorikan high rise saja. Skyscraper atau menara pencakar langit itu untuk kategori bangunan setinggi 150m-300m. Bangunan >300m called supertall dan >600 called megatall.

    lihat komen dari Rizki Dwika emang bener tuh kawasan Ring 1 gedung-gedungnya memang dibuat highrise saja. Sayangnya semakin lama projek gedung gak bisa dibendung. Beberapa kawasan di ring 1 dan mepet ring 1 akan dibangun beberapa skyscrapers. Extention MNC tower di Jalan Sirih akan dibangun 55 lantai, est 200m. Thamrin Nine akan bangun tower setinggi 330m. Sarinah akan dibuat extention 2 towers, est 160-200m. Mungkin nanti akan nambah lagi listnya. Projek di Jakarta memang booming parah.

    ReplyDelete
  3. Thanks banget untuk masukan dan tambahan informasi dari Rizki Dwika dan bro Riza, gue memang suka hal yang seperti ini, tapi mungkin belum terlalu dalam kali ya, tapi nggak apa2, karena sumbangan informasi sangat gue hargai, semoga di lain kesempatan gue bisa nulis tentang tema ini lagi dengan pembahasan yang lebih akurat.

    BTW, gue lagi suka banget nih dengan ide bangku taman yang ditaruh di sepanjang Thamrin - Sudirman, ini mungkin salah satu tanda Jakarta akan semakin menjadi kota yang ramah bagi manusia, hopefully :D

    ReplyDelete
  4. Lagi bertanya2 ttg skyline, eh terdampar di bog ini. Nice sharing mass

    ReplyDelete